Monday, August 30, 2010

Membentuk Hati Yang Lapang

Mengapa hidup ini terkadang terasa sangat sempit?
padahal dunia ini sangatlah luas, aku coba berpikir aku coba buka hatiku.
ternyata, hatiku lah yang membuatnya terasa sempit.

Aku harus membuatnya benar-benar berfungsi. Dan memang seharusnya, hati menjadi lapang. Agar setiap permasalahan yang ku hadapi akan terasa lebih ringan.

Jadi? apa yang harus ku lakukan untuk membuatnya lebih lapang?

Tauhid.

Ya, tauhid lah yang akan membuat hati menjadi lebih lapang.

"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta" (QS. Thaha : 124)

Selain, Tauhid. Amal Shalih juga berperan dalam membentuk hati yang lapang,
Sebuah kebaikan adalah cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kelapangan rejeki dan ungkapan cinta di hati orang-orang di sekitarnya.
Semakin banyak amalan itu, maka semakin silau lah hati kita.

Seorang pemberani adalah orang yang kaya hati, teguh pendirian dan kuat tubuhnya. karena dia hanya mengarapkan kepada Dzat Yang Maha Penyayang. Dia tidak akan terusik oleh berbagai peritiwa, tidak tergoyahkan oleh kasak-kusuk dan tidak terguncang oleh suara-suara yang mencemaskan. Maka keberanian juga termasuk dalam satu hal yang harus kita miliki dalam melapangkan hati.

Menjaga diri agar menjauhi sesuatu yang berlebihan dalam hal-hal yang mubah. baik dalam bicara, makan minum dan bergaul.

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid , makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" (QS. Al-A’raf : 31)

Bagaimana aku bisa berkata aku Islam, t'pi sesungguhnya aku belum tau siapa Tuhanku.
Sungguh, sebuah kesalahan yang mengiris hati!
Sungguh aku benar-benar malu.

Wahai teman tempat tidur, kau terlalu banyak tidur
sesungguhnya setelah kehidupan ini ada tidur yang panjang

Friday, August 27, 2010

Untuk Sang Kumbang Di Tepi Rawa

nafas yang ku hembuskan,
menjelma menjadi angin,
yang menjatuhkan daun-daun,
hingga kau tanyakan,

sehelai benang putih,
terjatuh tepat di wajahku,
dia basah, meneteskan air,

hingga kini aku lah yang bertanya,
apakah ini sebuah tangismu?

hening,

membuatku berlutut,
hingga hujan menjatuhiku,

bertubi-tubi rasanya,

wahai kumbang yang, tlah terbang.
hatimu lebih bening dari setetes hujan,
air matamu lebih berharga dari intan,

lihatlah debu ini,
ia terkikis, dan terbang.
meski aku sudah berupaya,
menjaganya, melindunginya,

tak kuasa, memanglah hukum alam,
t'pi, suatu saat mereka akan bertemu kembali,
membentuk, kristal yang sesungguhnya,

dan tlah ku bisikan,
untuk sang kumbang di tepi rawa,
jagalah hatimu dengan imanmu,